Bahan Rujukan bagi Perpustakaan
Pengawasan Bibliografi
Keadaan
‘banjir informasi’ mengakibatkan melimpahnya informasi dalam bentuk
tercetak maupun tidak tercetak dalam berbagai bidang ilmu pun
perpustakaan yang mampu memiliki semua informasi itu, tidak ada satu
orang pun yang mampu membaca ada, bahkan bidang sesempit apa pun. Untuk
membantu orang dapat mencari dan memilih informasi yang paling sesuai
yang dibutuhkan kiranya diperlukan pencatatan yang sistematis namun
menyeluruh. Pencatatan ini yang dikenal dengan pengawasan bibliografi,
yang tidak dapat dilakukan oleh satu orang, atau satu lembaga atau
bahkan satu negara pun. Karena itu tiap negara perlu melakukan
pencatatan baik tingkat nasional berupa Pengawasan Bibliografi Nasional.
Jika tiap negara melakukan dengan baik, kemudian usaha ini
dikoordinasikan secara bersama pada tingkat internasional maka lahirlah
apa yang di sebut UBC (Universal Bibliographic Control). Adanya UBC akan
bermanfaat banyak bagi umat manusia, khususnya yang perlu mencari dan
memilih informasi yang cukup dan yang diperlukan.
Pengawasan Bibliografi Indonesia
Pengawasan
bibliografi di Indonesia memang belum berjalan dengan baik. Hal ini
karena perangkat atau persyaratan yang diperlukan belum lama dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Pada zaman kolonial Belanda memang sudah ada
usaha-usaha ke arah kegiatan pengawasan bibliografi, namun belum
berjalan dengan lancar karena kondisi yang kurang mendukung. Faktor
lain, adalah karena kesadaran para penerbit dan penulis belum merata
hingga ini kurang mendukung kelancaran kegiatan ini.
Tahun 1990 merupakan tahun
penting dalam kaitan program pengawasan bibliografi di Indonesia, karena
pada tahun itulah keluar undang-undang yang paling mutakhir mengenai
serah simpan hasil karya penerbitan. Beberapa tahun sebelumnya
diresmikan Perpustakaan Nasional RI. Lembaga ini merupakan persyaratan
lain demi lancarnya kegiatan pengawasan bibliografi, yaitu sebagai pusat
deposit atau penyimpanan dokumen yang berhasil dikumpulkan berdasarkan
undang-undang tersebut.
Menurut
istilahnya ada perbedaan antara Bibliografi Nasional Indonesia dan
Bibliografi Indonesiana. Pengertian Bibliografi Indonesiana mencakup
bahan rujukan diterbitkan mengenai Indonesia, baik yang diterbitkan di
Indonesia maupun di luar negeri.
Sudah
banyak publikasi diterbitkan yqang dapat digolongkan ke dalam
bibliografi Indonesiana. Mulai dari zaman kolonial Belanda hingga kita
merdeka sampai sekarang ini. Makin lama makin banyak publikasi yang
diterbitkan. Pada awalnya kebanyakan terbitan kita belum sempurna dalam
cara penyusunan entri dan sarana temu-baliknya. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah cara pengindeksannya. Tetapi setelah banyak bibliografi
Indonesiana diterbitkan di luar negeri, khususnya di Negeri Belanda,
dengan teknik penyajian yang cukup baik, maka dewasa ini terbitan kita
pun semakin baik, termasuk bibliografi yang diterbitkan oleh
Perpustakaan Nasional.
Bibliografi
Nasional Indonesia adalah daftar yang memuat judul-judul publikasi yang
diterbitkan di Indonesia yang mengenai Indonesia. Sejak Indonesia
merdeka semakin banyak diterbitkan bibliografi, bukan saja oleh
Perpustakaan Nasional RI yang memang antara lain tugasnya menangani
secara langsung pengawasan bibliografi nasional, tetapi juga oleh
perpustakaan lain atau lembaga yang bergerak dalam bidang tertentu.
Lembaga ini biasanya menerbitkan bibliografi subjek khusus sesuai dengan
bidang gerak lembaga itu. Bahkan perorangan pun sudah banyak yang
berani menyusun bibliografi, baik untuk tujuan komersial maupun untuk
tujuan lain. Untuk mengumpulkan angka ke kredit bagi pustakawan
fungsional misalnya.
Bibliografi
pun tampil semakin beragam, baik dari segi fisik penampilan,
kelengkapan informasi dan istilah atau nama yang digunakan. Perubahan
ini tentunya sesuai dengan perkembangan atau kemajuan kebutuhan manusia
akan informasi.
Indeks
diperlukan untuk mengetahui terbitan apa saja yang sudah ada. Perlunya
indeks semakin terasa karena dewasa ini ada fenomena yang disebut
sebagai ledakan informasi. Maksudnya adalah begitu banyak informasi
literatur dihasilkan, sehingga tidak seorang pun yang dapat membaca
semua terbitan, bahkan dalam bidang yang sempit sekalipun. Untuk itu
diperlukan sarana pemilihan literatur. Agar orang dapat mengetahui
terbitan dalam bidang tertentu, untuk kemudian menentukan literatur apa
yang perlu dibaca dari sekian banyak literatur dan dimana didapatkan
bahan rujukan indeks memberi petunjuk untuk itu. Ada dua jenis indeks.
Ada yang terbit sebagai satu kesatuan berupa monograf. Ada pula yang
berupa majalah indeks.
Dalam
banyak hal abstrak sama dengan indeks. Jadi keduanya dapat berbentuk
monograf ataupun majalah. Maka pada keduanya dikenal majalah abstrak dan
indeks, atau yang berbentuk monograf. Di Indonesia terdapat beberapa
masalah yang menghambat perkembangan penerbitan abstrak, khususnya
majalah abstrak. Masalah ini adalah kelangkaan orang yang sekaligus
menguasai teknik mengabstrak dan memahami subjek yang mau dibuat
abstraknya. Masalah lain tentu dana untuk penerbitan. Selain itu memang
kurang tersedia literatur dalam bahasa Indonesia yang mau dibuat
abstraknya secara berkesinambungan
Sejarah
perkembangan kamus di Indonesia dimulai dengan masuknya Belanda ke
Indonesia. Kebanyakan penyusun kamus adalah orang-orang Belanda. Pada
mulanya tujuannya adalah agar mereka mudah berkomunikasi dengan penduduk
pribumi. Hampir semua bahasa daerah di Nusantara dibuat kamus dua
bahasanya dengan bahasa Belanda. Baru pada awal abad ke-20 putra
Indonesia asli berhasil menyusun kamus Indonesia. Selanjutnya,
perkembangan kamus berbahasa Nusantara mulai semarak. Terutama oleh
penyusun-penyusun kamus yang terkenal seperti Poerwadarminta, Sutan
Mohammad Zain, R. Satjadibrata, E. St. Harahap, Hasan Shadily, J.S.
Badudu, dan sebagainya.
Sejarah
perkembangan kanus umum dan kamus bahasa di Indonesia tidak berbeda
dengan perkembangan kamus pada umumnya. Perbedaan pembahasan disini
dilakukan hanya untuk memberi ruang yang cukup bagi uraian sejarah bagi
kamus. Kamus umum dan kamus bahasa sesungguhnya sama saja. Perbedaannya
di sini hanya diberikan pada penekanan perhatiannya saja. Kalau kamus
umum berarti penekanan pada informasi dalam entri kamus itu. Sedangkan
pada kamus bahasa yang kita perhatikan adalah bahasa dari kamus itu.
Dalam hal ini akan bahas dalam bahasa apa kamus disajikan. Dengan kata
lain, jenis kamusnya adalah jenis kamus alih bahasa. Karena menguraikan
makna kata dari satu bahasa ke satu atau beberapa bahasa yang lain.
7. Ensiklopedi Indonesia
Ensiklopedi
umum dan ensiklopedi khusus/subjek belum mempunyai sejarah yang lama di
Indonesia. Meskipun bahan rujukan bentuk kamus, yang merupakan bahan
rujukan yang tidak dapat dipisahkan dengan ensiklopedi, sudah lama
terbit di Indonesia. Pada peralihan abad ke-19 ke abad ke-20, baru
terbit suatu buku yang dapat dikategorikan sebagai ensiklopedi.
Ensiklopedi nasional perlu diterbitkan oleh setiap negara. Hal ini
karena perlunya masyarakat suatu bangsa membaca dan memperoleh informasi
yang penting dan mendasar tentang berbagai hal, sesuai dengan ideologi
dan sudut pandang negara itu. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan,
serta karena makin meningkatnya kebutuhan orang akan informasi, maka
banyak terbit ensiklopedi dalam bentukan yang semakin menarik.
8, Grey Literatur dan Terbitan Pemerintah
Ada dua jenis rujukan yang sering orang lupakan dalam menjawab
pertanyaan rujukan, yaitu jenis grey literature dan terbitan pemerintah.
Mengapa hal ini sering terjadi ? Karena memang kedua jenis terbitan ini
tidak mudah didapatkan secara bebas. Perpustakaan harus punya hubungan
tertentu dengan produsen bahan pustaka tersebut untuk dapat memiliki
jenis bahan ini. Memang ada jenis terbitan pemerintah yang dapat dijual
di pasaran yaitu yang sudah diterbitkan ulang oleh pihak swasta. Tetapi
jumlahnya tidak banyak. Hanya judul-judul tertentu saja. Sedangkan untuk
jenis grey literature lebih sulit lagi, karena sering hanya terbit
dalam jumlah yang sangat terbatas. Bahkan ada yang hanya dicetak
beberapa eksemplar. Padahal isinya sering sangat penting. Bahkan
adakalanya informasi yang dimuat tidak bisa didapatkan dalam terbitan
lainnya.
Banyak lembaga di Indonesia yang menerbitkan dokumen. Sebenarnya ada
Departemen Penerangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas memberi
informasi tentang kegiatan pemerintah. Salah satunya dalam bentuk
penerbitan. Terbitan departemen ini jelas merupakan terbitan pemerintah.
Bagian HUMAS dari setiap departemen pun banyak menerbitkan dokumen
mengenai departemen mereka. Selain itu ada lembaga atau instansi khusus
yang bergerak dalam bidang tertentu yang juga menerbitkan dokumen. Semua
terbitan mereka tergolong terbitan pemerintah. Sayang sekali pencatatan
mengenai jenis ini sangat minim, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengawasan bibliografi terbitan ini di Indonesia tidak sebaik jenis
terbitan lain.
Pembuatan bibliografi untuk jenis terbitan pemerintah selain dilakukan
oleh Perpustakaan Nasional juga dilakukan oleh Departemen Penerangan dan
Kantor Sekretariat Negara. Daftar yang mereka keluarkan merupakan
sarana pengawasan bibliografi untuk jenis terbitan ini.
9. Bahan Rujukan Indonesia Lain
Naskah dokumen kuno mengenai Indonesia sebenarnya cukup banyak. Di
antaranya tersimpan dengan baik dan rapih di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Jakarta. Kebanyakan naskah itu diterbitkan di Negeri
Belanda. Bahkan ditulis oleh orang Belanda. Namun sudah adapula beberapa
yang disusun oleh orang pribumi, jadi oleh putera Indonesia. Bentuk
naskah itu memang sangat beragam. Terbitan ini merupakan bukti sejarah
bahwa sejak dahulu sudah ada usaha menyimpan dan menyebarkan informasi
mengenai Indonesia. Usaha ini makin berkembang sejak Indonesia merdeka,
sehingga semakin banyak dan beragam bentuk terbitan, termasuk terbitan
yang dapat dikelompokkan sebagai bahan rujukan berupa buku petunjuk dan
buku pedoman.
Pengawasan Bibliografi
Pengawasan Bibliografi Indonesia