Seoul: Joget Gangnam Style yang dipopulerkan PSY
melejit dan ngehits di seluruh dunia. Tarian bergaya penunggang kuda ini
berhasil menjadi jawara di chart musik iTunes dan masuk dalam Guinness
World Records dengan predikat video musik YouTube yang paling
"disukai" dalam sejarah.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang
yang menyukai Gangnam
Style, karena mereka merasa terhibur akan aksi PSY Orang-orang dari
berbagai kalangan, tua-muda, artis, pelajar, ataupun aparat sudah
terhipnotis Gangnam dengan mempraktekkan tarian tersebut.
Meski
terlihat lucu, ternyata lagu ini memiliki sejuta pesan moral terkait
fenomena sosial di Seoul, terutama di daerah bernama Gangnam. Dilansir The
Times of India, lagu bertemakan cinta, nafsu, dan patah hati ini
secara implisit mengkritik gaya hidup glamor di Gangnam.
Dalam
sebuah pertemuan di Seoul, Selasa (26/9), beberapa eksekutif berkomentar
atas lagu Gangnam Style. Kepala Pemasaran dan Bisnis Kia Motors, YK
'Scott' Choi menyatakan bahwa Gangnam adalah tempat para berkumpulnya
anak muda tajir dengan sejuta gaya. Sementara, lagu Gangnam Style
menunjukkan seorang PSY yang berusaha keras untuk menjadi stylish dan
populer, namun dia gagal," katanya.
Sementara, Direktur Innocean
India--June Hong memiliki pendapat lain. Dia menggambarkan "Gangnam
Style" sebagai suatu hal yang terhormat pada siang hari, namun berubah
menjadi gila pada malam hari. "Lagu ini mengisahkan Psy yang sedang
mencari pacar yang sempurna di Gangnam. Namun sebenarnya, wanita
sempurna itu sangat liar," ungkapnya.
Tak mau kalah, Direktur
Kreatif Senior Innocean India, George Koshy memberikan komentar pedas
terhadap gaya hidup anak muda di Gangnam. Menurutnya, lagu tersebut
memberi gambaran sebagian wanita di Gangnam yang bergaya Doenjangnyeo
(sebutan untuk wanita yang tidak mampu, tapi memaksakan kehendaknya
untuk bergaya hidup mewah). "Sebagian besar wanita disini bergaya
seperti Doenjangnyeo," sindirnya.(MEL)
Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk
dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada
pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya teretak pada tujuan
yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan
prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan
secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas
dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerau dan kuda, sedang
kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci
dll. (lagi…)
SEJARAH
PETERNAKAN DI INDONESIA
Usaha
peternakan di Indonesia telah dikenal sejak dahulu kala. Namun pengetahuan
tentang kapan dimulainya proses domestikasi dan pembudidayaan ternak dari hewan
liar, masih langka.
Adanya bangsa ternak asli di seluruh Indonesia seperti sapi, kerbau, kambing,
domba, babi, ayam dan itik, memberikan petunjuk bahwa penduduk pertama
Indonesia telah mengenal ternak sekurang-kurangnya melalui pemanfaatannya
sebagai hasil perburuan.
Dengan
kedatangan bangsa-bangsa Cina, India, Arab, Eropa dan lain-lain, maka ternak
kuda dan sapi yang dibawa serta bercampur darah dengan ternak asli. Terjadilah
kawin silang yang menghasilkan ternak keturunan atau peranakan dipelbagai
daerah Indonesia.
Disamping itu, dalam jumlah yang banyak masih terdapat ternak asli. Dengan
demikian terjadilah tiga kelompok besar bangsa ternak yaitu kelompok pertama
asalah bangsa ternak yang masih tergolong asli, ialah ternak yang berdarah
murni dan belum bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok kedua
adalah kelompok "peranakan", yaitu bangsa ternak yang telah bercampur
darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok ketiga adalah bangsa ternak luar yang
masih diperkembang-biakan di Indonesia, baik murni dari satu bangsa atau yang
sudah bercampur darah antara sesama bangsa ternak "luar" tersebut.
Bangsa ternak demikian dikenal dalam dunia peternakan sebagai ternak
"ras" atau ternak "negeri".
Pentahapan waktu didalam mempelajari sejarah usaha peternakan di Indonesia,
disesuaikan dengan perjalanan sejarah, untuk melihat perkembangan usaha
peternakan dalam kurun waktu suatu tahap sejarah. Didalam kurun waktu tersebut
dapat dipelajari sejauh mana pemerintah dikala itu memperhatikan perkembangan
bidang peternakan atau segi pemanfaatan ternak oleh penduduk diwaktu itu.
Sejarah usaha peternakan dibagi dalam dua tahap yaitu : 1. Zaman Kerajaan- Kerajaan Tua.
Di zaman kerajaan-kerajaan tua di Indonesia, usaha peternakan belum banyak
diketahui. Beberapa petunjuk tentang manfaat ternak di zaman itu serta
perhatian pemerintah kerajaan terhadap bidang peternakan telah muncul dalam
pelbagai tulisan prasasti atau dalam kitab-kitab Cina Kuno yang diteliti dan
dikemukakan oleh para ahli sejarah. Sangat menarik apa yang dikatakan oleh para
ahli sejarah tentang kegunaan ternak di zaman-kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya,
Mataram, Kediri, Sunda, Bali dan Majapahit.
Ternak dizaman kerajaan-kerajaan tua ini telah memiliki tiga peranan penting
dalam masyarakat dan penduduk, yaitu sebagai perlambang status sosial, misalnya
sebagai hadiah Raja kepada penduduk atau pejabat yang berjasa kepada raja.
Peranan kedua adalah sebagai barang niaga atau komoiti ekonomi yang sudah
diperdagangkan atau dibarter dengan kebutuhan hidup lainnya. Dan peranan ketiga
adalah sebagai tenaga pembantu manusia baik untuk bidang pertanian maupun untuk
bidang transportasi.
a. Tarumanegara
Kerajaan yang berpusat di Jawa Barat ini telah memberikan perhatian terhadap
ternak, terutama ternak besar. Hal ini terdapat pada prasasti batu. Pada
upacara pembukaan saluran Gomati yang dibuat sepanjang sebelas kilometer, Raja
Purnawarman yang memerintah Tarumanegara dimasa itu telah menghadiahkan seribu
ekor sapi kepada kaum Brahmana dan para tamu kerajaan.
b. Sriwijaya
Salah satu kegemaran penduduk Sriwijaya adalah permainan adu ayam. Oleh karena
itu ternak ayam sudah mendapat perhatian. Disamping itu ternak babi juga banyak
dipelihara oleh penduduk. Sebagaimana kita tahu bahwa kerajaan Siwijaya sangat
luas daerah kekuasaannya dimasa itu. Terdapat petunjuk bahwa ternak kerbau dan
kuda sudah diternakkan diseluruh kerjaan Sriwijaya, ternak sapi baru terbatas
di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali.
c. Mataram
Ternak sapi dan kerbau adalah dua jenis ternak besar yang memperoleh perhatian
raja-raja Mataram pada abad ke VIII Masehi. Kedua jenis ternak ini memiliki
hubungan erat dengan pertanian, disamping perlambang status. Pada tulisan
prasasti Dinaya diceritakan bahwa diwaktu persemian sebuah arca didesa
Kanjuruhan dalam tahun 760 M, Raja Gayana yang memerintah Kerajaan Mataram
dimasa itu telah menghadiahkan tanah, sapi dan kerbau kepada para tamu kerajaan
dan kepada kaun Brahmana. Terlihat disini bahwa hadiah kerajaan dalam bentuk
ternak, memiliki kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh raja Purnawarman dari
kerajaan Tarumanegara.
d. Kediri
Kediri adalah suatu kerajaan yang rakyatnya makmur dan sejahtera, karena
kerajaan ini telah memajukan pelbagai bidang kehidupan termasuk peternakan. Hal
ini terdapat didalam kitab Cina Ling-wai-tai-ta yang disusun oleh Chou-K'u-fei
dalam tahun 1178 M. Dikatakan bahwa rakyat kerajaan Kediri hidup dalam
kemakmuran dan kesejahteraan karena pemerintah Kerajaan memperhatikan dan
memajukan bidang pertanian, peternakan, perdagangan dan penegakan hukum.
e. Sunda
Dimasa kerajaan Sunda, kita mulai mengetahui adanya tataniaga ternak. Hal ini
disebabkan berkembangnya 6 kota pelabuhan didaerah kekuasaan Kerajaan Sunda,
yaitu Bantam, Pontang, Cigede, Tamgara, Kalapa dan Cimanuk. Hasil pertanian
termasuk peternakan sangat ramai. Semua ini diceritakan dalam buku petualang
Portugis, Tome Pires. Dikatakan bahwa kemakmuran kerajaan Sunda terlihat dari
hasil pertanian yang diperdagangkan dikota-kota pelabuhan, meliputi lada,
sayur-mayur, sapi, sapi, kambing, domba, babi, tuak dan buah-buahan. Karena
kerajaan Sunda juga memajukan kesenian dan permainan rakyat diwaktu itu, maka
terdapat petunjuk bahwa permainan rakyat adu-domba telah berkembang dizaman
kerajaan Sunda.
f. B a l i
Di zaman kerajaan Bali, kita mulai mengetahui adanya penggunaan tanah
penggembalaan ternak atau tanah pangonan. Rakyat kerajaan Bali dizaman
pemerintah raja Anak Wungsu (1049-1077 M), memohon kepada raja untuk dapat
menggunakan tanah milik raja bagi tempat penggembalaan ternak, karena tanah
milik mereka tak dapat lagi menampung ternak yang berkembang begitu banyak.
Semua jenis ternak telah diternakkan oleh penduduk kerajaan Bali, yaitu
kambing, kerbau, sapi, babi, kuda, itik, ayam dan anjing. Raja Anak Wungsu
mengangkat petugas kerajaan untuk mengurus ternak kuda milik kerajaan (Senapati
Asba) dan petugas urusan perburuan hewan (Nayakan). Dimasa kerajaan Bali inilah
ternak sapi Bali yang sangat terkenal dewasa ini mulai berkembang dengan baik. g. Majapahit
Di zaman kerajaan Majapahit kita mulai diperkenalkan dengan teknologi luku yang
ditarik sapi dan kerbau. Penggunaan tenaga ternak sebagai tenaga tarik pedati
dan gerobak meliputi ternak kuda, sapi dan kerbau. Hasil pertanian melimpah
sehingga rakyat Majapahit hidup makmur dibawah pemerintahan raja Hayam Wuruk
dan Maha Patih Gajah Mada.
Kerajaan-kerajaan di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa, yang berada
dibawah kekuasaan Majapahit juga meniru tehnik pertanian sawah dengan
penggunaan tenaga ternak dari kerajaan Majapahit. Namun penggunaan ternak
sebagai tenaga tarik sudah meluas keseluruh daerah kekuasaan Majapahit lainnya
di Nusantara.
Menjelang berakhirnya kerajaan Majapahit belum terdapat petunjuk bahwa
teknologi luku dengan ternak sapi dan kerbau sebagai tenaga tarik sudah masuk
ke Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Indonesia bagian timur lainnya. Maka
dapatlah disimpulkan bahwa teknologi sawah dengan sapi dan kerbau sebagai
penarik luku baru sempat disebarkan dipulau-pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok
dan Sumbawa dizaman Majapahit.
Disamping penggunaan ternak dalam bidang pertanian, ternak gajah dan sapi
adalah ternak "kebesaran", karena raja-raja Majapahit bila keluar
istana dengan naik gajah kehormatan atau naik kereta kerajaan yang ditarik
sapi, seperti yang ditulis dalam berita-berita Cina. Dengan demikian dapatlah
dikatakan juga bahwa kereta kerajaan dengan kuda sebagai ternak tarik baru
muncul pada kerajaan-kerajaan setelah zaman Majapahit.
2. ZAMAN PENJAJAHAN
Usaha peternakan dizaman penjajahan bangsa asing atas penduduk Nusantara,
banyak terdapat dalam tulisan-tulisan yang berbentuk laporan maupun buku yang
diterbitkan secara resmi. Pengaruh penjajahan dalam bidang peternakan banyak
terdapat dalam masa penjajahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie), masa
pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang. Laporan-laporan sejarah tentang
pengaruh masa pemerintahan Inggris, Portugis dan bangsa lainnya terhadap bidang
peternakan sampai saat ini belum banyak diketahui.
a. V.O.C
Perhatian VOC lebih banyak ditujukan pada perdagangan rempah-rempah yang sangat
mahal dipasaran Eropa. Dimasa VOC (1602-1799) usaha peternakan kuda lebih
banyak memperoleh perhatian. Hal ini penting bagi VOC untuk kepentingan tentara
"Kompeni" diwaktu itu. Pada masa itu kuda Arab dan Persia dimasukkan
dan disilangkan dengan ternak kuda asli.
Dari laporan pemerintah Hindia Belanda diketahui, bahwa dalam masa VOC ternyata
usaha peternakan kuda juga mendapat perhatian raja-raja dan sultan-sultan untuk
kepentingan laskar kerajaan dan untuk kepentingan kuda tunggangan raja sewaktu
berburu hewan. Yang terkenal adalah peternakan kuda milik Sultan Pakubuwono III
di Mergowati yang terdiri dari kuda Friesland, didirikan pada tahun 1651 tapi
ditutup pada tahun 1800.
Perdagangan Ternak.
Perdagangan ternak dan pemotongan ternak cukup ramai di zaman VOC, terutama
dipulau Jawa. Perdagangan ternak antar pulau begitu ramai, karena dizaman itu
transportasi laut masih dengan kapal layar yang tidak memungkinkan pengangkutan
ternak dalam jumlah yang banyak.
Peraturan Peternakan.
Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah VOC yaitu larangan terhadap
pemotongan kerbau betina yang masih produktif dalam tahun 1650. Peraturan ini
mula-mula diberlakukan dipulau Jawa, tetapi kemudian juga meliputi
daerah-daerah pengaruh VOC lainnya di Nusantara dan diperluas dengan larangan
pemotongan sapi betina yang masih produktif. Peraturan ini mula-mula bermaksud
untuk menjamin populasi ternak yang terus bertambah dan dengan demikian
menjamin pengadaan daging bagi tentara Kompeni di Pulau Jawa. Dalam tahun 1776,
peraturan ini ditambah dengan larangan pemotongan ternak kerbau betina putih
yang masih produktif.
b. HINDIA BELANDA
Pada awal pemerintah Hindia Belanda, bidang peternakan belum banyak menarik
perhatian selain usaha peternakan kuda sebagai kelanjutan dari kegiatan utama
VOC dalam bidang peternakan, untuk kepentingan militer, pengangkutan kiriman
pos dan untuk memenuhi kegemaran pembesar-pembesar Belanda dan kaum bangsawan
sebagai ternak rekreasi dan perburuan hewan.
Selama abad kesembilan belas dan abad kedua puluh sampai berakhirnya
pemerintahan Hindia belanda, beberapa kegiatan dalam bidang peternakan perlu
dicatat, karena memiliki hubungan dengan perkembangan usaha peternakan di zaman
pemerintah Indonesia.
Kegiatan dalam bidang peternakan di zaman Hindia Belanda dapat dikelompokkan ke
dalam 10 jenis, ialah :
1. Peningkatan mutu ternak;
2. Pengadaan Peraturan-peraturan;
3. Pameran ternak;
4. Pembangunan taman-taman ternak;
5. Pembentukan koperasi peternakan;
6. Sensus ternak;
7. Pengamanan ternak;
8. Pengadaan sarana distribusi dan pemotongan;
9. Produksi sera dan vaksin.
10. Pendidikan dan penelitian.
1. Peningkatan Mutu Ternak.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam abad kesembilan belas, khususnya ilmu
biologi dan mikrobiologi, ikut memberi pengaruh terhadap kegiatan dalam bidang
peternakan. Pengaruh ilmu genetika yang dipelopori oleh Mendel (1822-1884) ikut
mewarnai dunia peternakan, khususnya didalam kegiatan peningkatan mutu genetik
ternak lokal di Nusantara. Demikian juga didalam bidang mikrobiologi yang
dipelopori oleh Louis Pasteur (1822-1899) dan Robert Koch (1843-1920) mewarnai
penanganan kesehatan ternak, produksi sera dan vaksin. Khususnya dalam bidang
peningkatan mutu genetik ternak asli Nusantara, kegiatan persilangan dan
seleksi dan penyebaran bibit ternak cukup banyak dilakukan.
Kuda - Persilangan antara ternak kuda asli dilakukan dengan mendatangkan kuda
Arab dan Persia (1809) dan kuda Australia (1817). Dalam tahun 1870 dan 1880,
kuda Australia didatangkan oleh pedagang ternak berkebangsaan Perancis dari kepulauan
Mauritanius.
Untuk pulau Sumba hasil persilangan dengan kuda asli setempat, sangat terkenal
dengan nama Kuda Sandel. Selain itu didirikan pusat-pusat pembibitan kuda di
Cipanas (1820), Bogor (1938), Payakumbuh, Lubuk Sikaping dan Tarutung (1980),
Padalarang
(1903), Padang Mangatas (1922), sebagai pengganti Payakumbuh yang ditutup pada
tahun 1907, Malasaro Sulawesi Selatan (1874) dan pulau Rote (1841). Disamping
itu di Cisarua-Bandung perusahaan swasta bibit ternak, "General de
Wet" milik Hirchland dan Van Zyl yang didirikan pada tahun 1900, pada
tahun 1921 ditunjuk sebagai rekanan bibit unggus kuda pemerintah.
Sapi - Keturunan Bos sondaicus yang semula tersebar dipulau Jawa,
Madura, Sumatera, Bali dan Lombok, banyak memperoleh perhatian Pemerintah
Hindia Belanda. Selama abad kesembilan belas, persilangan ditujukan terutama
terhadap perbaikan mutu sapi Jawa, yang jumlahnya terbanyak, namun berbadan
kecil sehingga kurang cocok untuk ternak kerja.
Pada tahun 1806 Kontrolir Rothenbuhler di Surabaya, melaporkan bahwa pedagang
ternak di Jawa Timur telah mendatangkan sapi pejantan Zebu dari India untuk
dipersilangkan dengan sapi Jawa. Dalam tahun 1812 tercatat sapi bangsa Zebu
yang didatangkan adalah Mysore, Ongol, Hissar, Gujarat dan Gir untuk
dipersilangkan sengan sapi Jawa.
Walaupun persilangan antara sapi Jawa dengan bangsa sapi Zebu ini banyak
memperlihatkan hasil yang baik, namun bukanlah suatu program resmi pemerintah
Hindia Belanda, karena dalam abad ke sembilan belas belum ada dinas resmi yang
menangani bidang peternakan.
Impor sapi Zebu dari India tetap dilanjutkan oleh para pengusaha di Jawa Timur
dari tahun 1878 hingga tahun 1897, disaat mana impor dihentikan, karena
berjangkitnya wabah pes ternak di India. Pada waktu ini keturunan hasil
persilangan telah banyak dengan bentuk tubuh yang lebih besar dari sapi Jawa.
Sementara itu dalam tahun 1889, Residen Kedu Selatan, Burnaby Lautier dengan
bantuan dokter hewan Paszotta melancarkan aksi kastrasi secara besar-besaran
terhadap ternak jantan lokal di Bagelen. Tujuannya, agar pejantan Zebu saja
yang digunakan sebagai pemacak. Walaupun usaha ini ditentang oleh pemerintah
pusat Hindia Belanda, pada tahun 1890 asisten residen Schmalhausen mengikuti
jejak Lautier untuk daerah Magetan di Jawa Timur. Ia juga menganjurkan
penanaman rumput benggala untuk makanan ternak. Usaha persilangan sapi Jawa
dengan sapi Madura, dilaksanakan oleh kontrolir Van Andel, dibantu oleh dokter
hewan Bosma, di daerah Pasuruan Jawa Timur pada tahun 1891-1892.
Persilangan secara berencana dan besar-besaran barulah dilaksanakan setelah
dinas resmi yang menangani bidang peternakan dibentuk pada tahun 1905 yaitu
Burgelijke Veeatsenijkundige Diens (BVD) sebagai bagian dari Departemen van
Landbaouw atau Departemen Pertanian. BVD telah melaksanakan peningkatan mutu
sapi Jawa dengan pelbagai kegiatan ialah :
Peningkatan dengan pejantan Jawa
Dari tahun 1905 sampai 1911 dilakukan penyebaran sapi jantan Jawa yang baik ke
daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam tahun 1911 usaha ini
dihentikan, oleh karena para petani menginginkan ternak sapi yang lebih kuat
dan lebih besar untuk ternak kerja.
Persilangan dengan Sapi Madura
Usaha ini sudah dimulai di akhir abad ke sembilan belas oleh Van Andel. BVD
juga melanjutkan kegiatan persilangan ini di pulau Jawa sampai tahun 1921. Pada
saat ini usaha ini dihentikan, karena kurang memenuhi harapan para petani
terhadap ternak kerja.
Persilangan dengan Sapi Bali
Penduduk Jawa Timur terutama di darha keresidenan Banyuwangi telah lama
mengenal sapi Bali sebagai ternak kerja yang cukup baik. Usaha persilangan sapi
Jawa dengan pejantan Bali dimulai tahun 1908 di Pulau Jawa. Tapi usaha inipun
dihentikan pada tahun 1921, karena angka kematian sapi Bali dan keturunannya
yang sangat tinggi oleh penyakit darah.
Persilangan dengan Sapi Zebu
Pengusaha perkebunan di Sumatera Timur telah banyak mendatangkan sapi Zebu
untuk ternak penarik gerobak dan ternak perah di akhir abad kesembilan belas.
Ternyata kemudian ternak sapi tersebut adalah sapi Hissar yang didatangkan ke
Pulau Jawa pada tahun 1905 dan dinamai Sapi Benggala. Namun sapi Hissar yang
tiba di pulau Jawa tidak memuaskan. BVD dalam tahun 1906 dan 1907 telah
mendatangkan sapi Zebu dari India. Dokter hewan Van Der Veen yang diserahi
tugas ke India, ternyata telah memilih Sapi Mysore, yang kurang memenuhi
harapan karena kematian yang tinggi akibat penyakit piroplasmosis dan ternak
jantannya sangat agresif.
Pada pembelian di tahun 1908 oleh BVD tiga bangsa sapi dipilih, ialah Ongol,
Gujarat dan Hissar. ternyata Sapi Ongol berkembang baik di Pulau Jawa, Sapi
Gujarat baik di pulau Sumba dan Sapi Hissar baik di pulau Sumatera. Pada tahun
1909 dan 1910 ternyata BVD memutuskan untuk lebih banyak membeli Sapi Ongol.
Sampai tahun 1911 perkembangan sapi Ongol lebih baik, sehingga diputuskan
memilih sapi Ongol untuk perbaikan mutu Sapi Jawa.
Dari sinilah muncul untuk pertama kalinya Program Ongolisasi yang dimulai pada
tahun 1915, disaat mana pembelian dari India dihentikan sama sekali. Semua
ternak pembelian terakhir ditempatkan di pulau Sumba. Dikemudian hari ternyata
Sapi Ongol dan Gujarat di Sumba berkembang sangat baik, sehingga pulau Sumba
menjadi sumber bibit murni sapi Ongol dan Gujarat yang kemudian dikenal sebagai
sapi Sumba Ongol (SO).
Persilangan dengan Sapi Eropa
Tiga bangsa sapi Eropa yang banyak digunakan untuk persilangan adalah Here ord,
Shorthorn (Australia) dan Fries Holland (Belanda). Impor Sapi Hereford dan
Shorthorn kemudian dihentikan karena berjangkitnya penyakit paru-paru ganas di
Australia. Sapi Fries Holland sendiri banyak disilangkan dengan sapi Jawa dan
sapi Ongol terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Karena keturunannya memiliki
sifat yang baik.
Sumba Kontrak.
Salah satu bentuk penyebaran bibit ternak sapi Ongol di dalam program
ongolisasi, ialah Sumba Kontrak.
Sumba Kontrak adalah penempatan dan penyebaran sapi bibit ongol di pulau Sumba
yang dilaksanakan dalam bentuk meminjamkan 12 induk dan satu pejantan ongol
kepada seorang peternak.
Pengembalian pinjaman dilakukan oleh peminjam dengan mengembalikan ternak
keturunan dalam jumlah, umur dan komposisi kelamin yang sama dengan jumlah
ternak yang dipinjam, ditambah dengan satu ekor keturunan (jantan atau betina)
untuk setiap tahun selama peternak belum melunasi pinjamannya. Untuk akad
pinjaman ini, peternak menandatangani suatu kontrak dengan pemerintah, yang
kemudian dikenal dengan Sumba Kontrak. Jumlah ternak awal disebut Koppel,
sehingga kemudian hari muncul juga istilah Sapi Koppel. Sumba kontrak secara
resmi dimulai pada tahun 1912.
Sistim penyebaran sapi bibit ini tidak hanya berlaku dipulau sumba, tapi
diperluas ke pulau-pulau lain dan meliputi pelbagai jenis ternak : Sapi Bali,
Sapi madura, Kambing, Domba dan Babi dengan jumlah ternak yang tidak sama untuk
satu koppel.
Dalam masa dua puluh tahun (1920 - 1940) penyebaran ternak bibit, terjadi dua
usaha penting yaitu :
1. Penyebaran ternak bibit antar pulau dan antar daerah, yaitu penyebaran sapi
Ongol dan peranakan Ongol dari pulau Jawa ke Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan
Barat dan Sumatera. Penyebaran sapi Bali dari pulau Bali ke Lombok, Timor,
Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Penyebaran sapi Madura ke pulau Flores
dan kalimantan Timur.
2. Penyebaran ternak bibit dan bibit tanaman makanan ternak secara lokal
disekitar taman-taman ternak dipulau Jawa dan Sumatera. K e r b a u
Ternak kerbau lokal yang dikenal sebagai Kerbau Lumpur sudah sejak dahulu
terdapat diseluruh nusantara. Dengan kedatangan bangsa India ke Sumatera,
dibawa juga kerbau Murrah yang kini masih banyak terdapat didaerah Sumatera
Utara dan Aceh. K a m b i n g
Kambing lokal atau kambing kacang telah ada di seluruh Nusantara. Didalam zaman
Hindia Belanda didatangkan juga kambing bangsa India (Ettawah) yang merupakan
kambing perah dan disebarkan hampir diseluruh pantai utara pulau Jawa.
Bebarapa bangsa kambing lain juga didatangkan yaitu : Saanen. Namun persilangan
yang terkenal kini adalah kambing Peranakan Ettawah (PE). D o m b a
Ternak domba dibagi dua bangsa yang terkenal yaitu domba ekor gemuk dan domba
lokal lainnya, yang tersebar diseluruh Nusantara. Semua bangsa domba ini adalah
tipe daging. Dizaman Hindia Belanda didatangkan bangsa domba tipe wol misalnya
Merino Rambo illet, Romney dan tipe daging misalnya Corridale dan Soffolk.
Persilangan bangsa domba wol dan daging dengan domba lokal Priangan
menghasilkan domba yang sangat terkenal diwaktu ini ialah domba Garut. B a b i
Ternak babi lokal tersebar diseluruh Nusantara.
Dizaman Hindia Belanda didatangkan babi ras bangsa Eropah yaitu York shire,
Veredelde Deutchland Landras (VDL), Tamworth, Veredelde Nederlandsche Landras
(VNL), Saddle Back, Duroc Jersey, Berk shire. Sapi Perah
Pada permulaan abad ke 20 telah dapat perusahaan sapi perah dipinggiran
kota-kota besar di Jawa dan Sumatera. Kebanyakan perusahaan adalah milik bangsa
Eropah, Cina, India dan Arab. Hanya sebagian kecil milik penduduk asli. Bangsa
sapi perah yang ada ialah Fries Holland, Jersey, Ayrshire, Dairy Shorthor dan
Hissar. Kemudian ternyata yang terus berkembang adalah fries Holland. Bangsa
sapi Hissar masih terus diternakkan didaerah Sumatera bagian Utara dan Daerah
Istemewa Aceh. Ayam
Disamping ayam kampung, di zaman Hindia Belanda telah dipekenalkan ayam ras
tipe petelur misalnya leghorn dan ayam ras tipe pedaging misalnya Rhode Island
Red dan Australorp. Persilangan Autralorp dengan ayam kampung yang terkenal
adalah Ayam kedu. Itik
Di samping itik lokal, di zaman Hindia Belanda telah didatangkan bangsa itik
Khaki Campbell dan itik Peking.
Bangsa itik lokal yang terkenal : adalah itik Tegal, itik Karawang dan itik
Alabio. Aneka Ternak
aneka ternak misalnya ternak kelinci, burung puyuh dan burung merpati, belum
memperoleh perhatian pemerintah Hindia Belanda. Kelinci hanyalah digunakan di
balai-balai penelitian sebagai hewan percobaab. disinilah asalnya istilah :
Kelinci percobaan.
2. Pengadaan Peraturan.
Peraturan-peraturan yang diterbitkan selama masa Hindia Belanda, terbanyak
setelah dibentuk badan resmi yang menangani bidang peternakan dalam tahun 1905.
Semua peraturan tersebut dapat dikelompokan kedalam 4 kelompok, yaitu :
(1) Peraturan yang menyangkut pengaman ternak
(2) Peraturan yang menyangkut produksi, populasi dan sarana produksi ternak
(3) Peraturan yang menyangkut pemotongan ,pajak potong, distribusi, tata niaga
dan sarana-sarana peternakan.
(4) Peraturan yang menyangkut bahan-bahan veteriner dan kesehatan masyarakat
Veteriner.
3. Pameran Ternak
Pameran ternak diadakan untuk pertama kali di Blora (1876). Kemudian di
Surabaya(1878), Blora(1887), Bandung(1899). Pada tahun 1906 secara resmi
diadakan oleh BVD di Kebumen dan Bandung.Tujuannya lebih banyak bersifat
penyuluhan kepada para peternak, sehingga ternak yang unggul dapat dijual atau
dibeli dengan harga premium.
4. Taman Ternak
Taman ternak pertama didirikan di Karanganyar di desa Pecorotan pada tahun
1909, namun pada tahun 1912 dipindahkan ke desa Jiladri. Kemudian menyusul
pendirian taman ternak di Bandar (1916), Purworejo(1918), Pengarasan
Tegal(1920), Kedu Selatan, Rembang,Padang Mangatas(1922).
Taman ternak ini merupakan sumber ternak bibit dan sumber bibit makanan ternak.
Beberapa pusat pembibitan ternak kuda dan sapi di Sumatra, kemudian juga
diperluas menjadi taman ternak.
5. Koperasi Peternakan
Koperasi peternakan dianjurkan, terutama didalam pembelian pejantan bersama.
Koperasi peternakan yang pertama didirikan di Salatiga, Kedu dan Tasikmalaya.
6. Sensus Ternak
Dalam tahun 1867 pemerintah di Jawa dan Madura diwajibkan mengadakan sensus
ternak di daerahnya masing-masing. Sensus ternak secara resmi mulai diadakan
pada tahun 1905.
7. Pengamanan Ternak
Pengaman ternak merupakan lanjutan dan perluasan kegiatan pemerintah VOC.
Sebelum BVD dibentuk pada tahun 1905, kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dilakukan oleh dokter-dokter hewan yang didatangkan sejak tahun 1820
sebagai penasehat pemerintah. Namun sejak BVD lahir, pencegahan dan
pemberantasan penyakit secara resmi ditangani pemerintah Hindia Belanda.
8. Pengadaan Ternak
Sarana peternakan yang dimaksudkan disini adalah : tanah pangonan, pasar hewan,
karantina, rumah potong hewan, kapal hewan.
9. Produksi Sera dan Vaksin
Produksi Sera dan Vaksin untuk ternak terutama diadakan oleh Balai Penyelidikan
Penyakit Hewan yang didirikan di Bogor.
10. Pendidikan dan Penelitian
Sekolah dokter hewan pertama didirikan pada tahun 1860 di Surabaya, tapi karena
kurang peminat, maka ditutup pada tahun 1875. Baru pada tahun 1907 dibuka
kembali di Bogor. Sekolah Menengah Kehewanan didirikan di Malang dan Bogor.
Pendidikan Mantri Hewan ditangani langsung oleh Jawatan Kehewanan diwaktu itu.
Penyelidikan Penyakit Hewan ditangani dengan dibangun Balai Besar Penyakit
Hewan dan Balai Penelitian Peternakan di Bogor, Balai Penyelidikan Penyakit
Mulut dan Kuku di Surabaya.
ASAL
USUL TERNAK DOMBA
Ada
beberapa teori mengenai asal usul dari ternak domba. Namun sebagian besar
berkata sama, bahwa ternak domba berasal dari Mouflon. Mouflon ini adalah hewan
liar. Ada 2 macam jenis Mouflons. Pertama adalah Mouflon Asiatic, yaitu
Mouflons yang hidup di pegunungan asiatic dan selatan Iran. Dan satunya lagi
adalah jenis Mouflons Eropa, satu satunya yang hidup di pulau Sardinia dan
Corsica, Italia. Banyak hipotesis bahwa Mouflon Eropa adalah keturunan dari
Mouflon Asia.
Sebagai gambaran bagi para mahasiswa atau kalangan masyarakat lainnya
yang memandang perlu melakukan kegiatan ilmiah atau untuk mereka-mereka
yang ingin tahu, maka dari itu perlu ada contoh secara garis besar
sebagai kerangka dasar pembuatan karya ilmiah.
penyusunan laporan penelitian umumnya terdiri dari berbagai bagian
berupa bab-bab dan setiap babnya dibagi kedalam sub bab, pembagiannya
dikakukan sesuai dengan keperluan dan kebutuhan dalam penjabarannya.
gambaran kerangkanya sebagai berikut:
BAGIAN I : Halaman judul.
BAGIAN II : Halaman kata pengantar.
BAGIAN III : Halaman daftar isi.
BAGIAN IV : Pendahuluan yang meliputi:
- latar belakang pemilihan judul
- permasalahan
- manfaat penelitian
- maksud dan tujuan penelitian
- hipotesa
- kerangka teoritis
- kerangka konsepsional
- metodologi penelitian
- hambatan-hambatan yang dijumpai dilapangan
BAGIAN V : Bagian yang berisi gabungan antara teori dan praktek
serta hal-hal yang didapati dilapangan dan bersifat menunjang meteri
pokok atau hal-hal yang dapat mendukung/mempengeruhinya meskipun secara
tidak langsung kurang begitu dirasakan secara jelas, apa bagian ini
dapat berisi satu atau dua bab.
BAGIAN VI : Bagian yang berisis materi pokok yang dapat
dilapangan, sebelum mendapatkan penafsiran lebih dalam oleh para
peneliti berupa pengungkapan data dalam klasifikasi, telah
diinventarisasi, telah diseleksi guna dianalisis lebih lanjut.
BAGIAN VII : Bagian ini berisi tentang penafsiran data, analisis
data, comparatif data dari yang terdapat pada bagian VI. pada bagian ini
dapat berisi beberapa bab tergantung kebutuhan.
BAGIAN VIII : Bagian ini merupakan bagian penutup yang umumnya berisi suatu persepsi, kesimpulan dan saran-saran.
BAGIAN IX: Merupakan bagian tersendiri diluar materi diatas
tetapi cukup berkait dalam menunjang penyusunan maupun operasional
lapangan. bagian ini berisi daftar pustka.
BAGIAN X: Bagian ini berisi lampiran-lampiran yang dirasa perlu
untuk diikuti sertakan dalam laporan hasil penelitian, tidak semua yang
ada dan diperbolehkan selama penelitian. Lampiran ini utamanya hal-hal
yang menunjang sebagai bukti dan menguatkan uraian materi.
Misalnya:
- Data statistika yang kurang relevan untuk
dimasukkan dalam meteri secara utuh tetapi cukup relevan untuk
dimasukkan dalam daftar lampiran.
- Surat-surat izin.
- Peraturan-peraturan yang cukup langka atau
belum begitu banyak penyebarannya pada umum dan cukup baik untuk
diketahui umum/pembaca.
- Dan sebagainya
ketika Anda menggigit, mengisap atau menjilat bibir, Anda menggambarkan perasaan hati yang sedang dalam tekanan dan canggung
—
Setiap gerakan tubuh seperti memiringkan kepala atau menggaruk
sebenarnya memiliki sebuah arti sendiri. Tanpa disadari, semua anggota
tubuh mulai dari wajah, tangan, tubuh, hingga kaki bisa bercerita,
tetapi kadang kita tak memahami artinya. Berikut beberapa arti bahasa
tubuh yang sering Anda lakukan.
1. Menyibak rambut Ketika Anda mulai menyibakkan rambut, gerakan ini mengandung arti gabungan dari grogi dengan flirting.
Gerakan ini dianggap mampu menarik perhatian lawan jenis dengan gaya
yang elegan dan feminin. Menyibak rambut dianggap bisa membingkai wajah
dan leher dengan lebih cantik.
2. Berkedip Normalnya,
seseorang berkedip sebanyak enam sampai delapan kali per menit. Namun,
saat stres, Anda akan berkedip lebih sering. Nah, jika Anda atau
pasangan sangat sering berkedip, kemungkinan stres sedang melanda. 3. Menggigit bibir Menurut psikolog sekaligus penulis buku The Nonverbal Advantage,
Carol Kinsey Goman, ketika Anda menggigit, mengisap atau menjilat
bibir, Anda menggambarkan perasaan hati yang sedang dalam tekanan dan
canggung. "Dengan menggigit bibir, Anda mencoba untuk menghibur atau
menenangkan diri sendiri," tukasnya.
4. Menggaruk hidung Ketika
sedang berbicara pada seorang teman atau pasangan dan mereka menggaruk
hidung, maka berhati-hatilah akan ucapannya. Sebab, bisa jadi ia sedang
berbohong. "Ketika seseorang berbohong, maka adrenalinnya akan
meningkat. Hal ini akan menyebabkan pembuluh kapiler membesar dan
membuat hidung menjadi gatal," ungkap Michael Cunningham, psikolog dan
profesor di University of Louisville, AS.
5. Menutup mata Tak
ada orang yang senang dengan pembicara yang terlalu banyak mengoceh.
Perhatikan lawan bicara Anda, jika ia menutup matanya selama beberapa
detik, atau menggosok-gosok matanya, maka bisa jadi ia tak tertarik
mendengarkan ocehan Anda. Gerakan ini menjadi isyarat visual untuk
mencegah pendengaran tertentu yang tak diinginkan. Selain itu, hal ini
juga menjadi mekanisme bertahan hidup untuk mencegah otak mengolah
berbagai hal yang tak diinginkan.
6. Menurunkan pandangan Gerakan
ini merupakan isyarat untuk Anda berbicara dengan lebih lemah lembut.
Biasanya hal ini sering kali dilakukan oleh anak kecil untuk mencari
respons orang tuanya. Jika seseorang melakukan hal ini, maka kemungkinan
besar ia sedang mencari empati Anda. Maka, bersikaplah lebih lembut
padanya.
7. Mengerucutkan bibir (cemberut) Menurut Paul Ekman, profesor di University of California, gerakan ini merupakan sebuah tanda kemarahan.
8. Memiringkan kepala Tanpa
disadari ketika mendengar cerita teman, Anda memiringkan kepala.
Ternyata hal ini bukan berarti Anda bosan mendengar ceritanya, tetapi
sebaliknya, gerakan ini justru menunjukkan bahwa Anda tertarik
mendengarkannya. Secara fisik, Anda menunjukkan bahwa Anda tertarik dan
ingin mendengar semua detail cerita.
9. Menaikkan atau mengerutkan alis "Menaikkan
alis di satu atau kedua mata menunjukkan ekspresi rasa ingin tahu dan
ketertarikan akan suatu hal," ungkap Laura Guerrero, profesor komunikasi
di Arizona State University Hugh Downs School of Human Communication.
Dan sebaliknya, mengerutkan alis menunjukkan emosi yang negatif, seperti
kebingungan dan ketakutan.
10. Mengedarkan pandangan ke atas atau samping Saat
orang bercerita tentang suatu kejadian, pasti Anda tak akan langsung
percaya begitu saja. Ingin tahu apakah teman Anda benar-benar melihat
kejadian tersebut atau hanya mendengar dari orang lain? Perhatikan saja
matanya.
Ketika seseorang mencoba bercerita dan mengingat sebuah
kejadian yang dilihatnya, maka bola matanya akan bergerak ke sudut dan
melihat ke atas, seolah ia mencoba membayangkannya kembali. Sedangkan
jika ia mencoba mengingat sesuatu yang didengarnya, maka bola matanya
akan bergerak ke arah samping menuju salah satu telinganya, seolah ia
mencoba mendengarkan cerita kembali.