Aku
tidak tahu sudah berapa ribu langkah yang telah aku ayunkan, Sudah
berapa Kilometer jarak yang kutempuh, sudah berapa puluh tikungan yang
kulewati. Kuangkat kepalaku, dan kulihat kedepan jauh disana, masih ada
ratusan kilometer jarak, dan ribuan tikungan yang harus kulewati.
Jalan ini sepertinya tidak menuju kemana-mana, tidak mengarah ke tujuan manapun.
Jalan ini memang dibuat hanya untuk menjadikan penggunanya letih, jenuh
dan putus asa. Jalan ini memang dibuat bukan untuk mencapai tujuan.
Kemanapun pergi melalui jalan ini, akan segera menemukan Tanah Becek Keletihan, setelah itu akan menemui Tikungan Kejenuhan dan akan istirahat di Tanah Kerikil Keputus Asaan.
Tapi
siapapun tidak bisa berhenti disini terlalu lama, di Tanah ini, di
Tikungan ini dan di Kerikil ini. Tempat-tempat itu terlalu sepi dan
sunyi untuk di tinggali. Tempat-tempat itu akan memperparah keadaan bila
disinggahi terlalu lama.
Jalan
itu dimulai dari ketidak tahuan dan diakhiri dengan ketidak tahuan
juga. Jika bergerak kedepan, maka tak akan tahu kemana. Jika bergerak
kembali kebelakang, maka juga tak tahu tadi dari mana.
Pengetahuan-pengetahuan
mengenai jalan ini, hanya akan menyesatkan. Orang yang mengira tikungan
berikutnya kekanan, maka yang didapat adalah tikungan kekiri. Apa yang
menjadi perkiraannya, akan keliru.
Hanya
orang bijak yang mengatakan, bahwa jalan ini memang tidak memberikan
petunjuk. Dan hanya orang dungu yang menjadikan jalan ini sebagai
petunjuk, karena dia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Aku
berhenti sejenak, lalu kulihat kebelakang jauh disana. Ternyata aku tak
bisa membedakan mana yang lebih sulit, maju kedepan atau kembali
kebelakang. Padahal saat inipun aku sudah tidak mampu lagi berjalan. Aku
tak bisa menentukan pilihan.
Hidup
ini lebih sulit bila kita ukur dengan jarak perjalanan, lebih sulit
lagi bila kita ukur sudah sampai mana perjalanan ini. Hidup ini untuk
dijalani bukan untuk dipikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar